Sunday, March 28, 2010

Dosa Istri yang Durhaka

Allah Ta’ala berfirman, “Dan istri-istri yang kalian khawatirkan nusyuz mereka, hendaklah kalian menasehati mereka atau pisahkan mereka dari tempat tidur, atau pukullah mereka. Dan jika mereka sudah kembali taat kepada kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (QS. An-Nisa’: 34)

Al-Wahidi rahimahullah berkata, “Yang dimaksudkan dengan ‘nusyuz’ pada ayat diatas adalah kedurhakaan terhadap suami, yakni merasa lebih tinggi dihadapan suaminya disaat terjadi perselisihan.”

Atha’ berkata, “Maksudnya adalah seorang istri yang mengenakan wewangian dihadapan (suami)nya, namun tidak mau ‘dikumpuli’, serta berubah sikap dan ketaatan yang dulu pernah dilakukannya.”

Maksud firman-Nya (yang artinya), “Hendaklah kalian menasehati mereka,” yaitu nasehatilah mereka dengan kitab Allah dan ingatkanlah akan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka (para istri).

Ibnu Abbas menafsirkan ayat (yang artinya) “Atau pisahkan mereka dari tempat tidur,” yakni dengan membelakanginya dan tidak mengajaknya berbicara. Sedangkan Sya’bi dan Mujahid menafsirkan dengan cara meninggalkan tempat tidurnya dan tidak menggaulinya.

Tafsir ayat (yang artinya) “Atau pukullah mereka,” yakni memukulnya dengan pukulan yang tidak membahayakannya.

Sedangkan maksud firman-Nya (yang artinya) “Jika mereka menaati kalian,” adalah janganlah kalian (suami) mencari-cari alasan untuk menyakiti mereka (istri).

Seorang istri memiliki kewajiban yang besar untuk patuh kepada suaminya. Kepatuhan ini tentu tidak berlaku jika seorang suami memerintahkan istrinya untuk bermaksiat kepada Allah, sebab tidak ada kepatuhan terhadap perintah manusia dalam berbuat maksiat kepada Allah.

Jika seorang istri yang patuh kepada suaminya akan memperoleh keutamaan pahala yang besar, maka sebaliknya, istri yang durhaka kepada suaminya akan mendapat ganjaran dosa dan laknat baik dari Allah maupun makhluk-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya, lalu ia menolak datang, (maka) malaikat melaknatnya hingga pagi hari.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i)

Dalam hadits yang lain disebutkan, “Jika pada malam hari seorang istri meninggalkan tempat tidur suaminya dan menolak ajakannya, maka penduduk langit marah kepadanya hingga suaminya rela kepadanya.” (HR. Nasa’i)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ada tiga orang yang tidak diterima shalatnya, dan kebaikannya tidak diangkat kelangit: budak yang melarikan diri dari tuan-tuannya hingga ia kembali kepada mereka dan meletakkan tangannya pada mereka (menyerah dan taat); seorang istri yang dimarahi suaminya hingga ia ridha kepadanya; dan orang yang mabuk hingga siuman.” (HR. Thabrani dan Ibnu Khuzaimah)

Sudah seharusnya seorang istri berusaha untuk taat dan menunaikan kewajibannya terhadap suaminya. Begitu besarnya hak suami terhadap istrinya, hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika aku diperbolehkan untuk memerintahkan seseorang bersujud kepada orang lain, pastilah aku akan menyuruh seorang wanita bersujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi)

Seorang bibi dari Hushain bin Muhsin bercerita perihal suaminya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Rasulullah berkata kepadanya, “Lihatlah kedudukanmu dihadapannya, ia adalah surga dan nerakamu.” (HR. Nasa’i)

Seorang istri wajib meminta ridha suaminya dan menjaga dirinya dari kemarahannya, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika seorang wanita meninggal dunia, sedangkan suaminya ridha kepadanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim)

Oleh karena itu, seorang istri berhati-hati dari kedurhakaan terhadap suaminya, karena kedurhakaannya bisa mengantarkannya kedalam neraka. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Aku melihat neraka, dan aku dapatkan ternyata sebagian besar penghuninya adalah wanita.”

Hal itu disebabkan karena kurangnya ketaatan istri kepada Allah, Rasul-Nya, dan suami mereka. Selain itu, para istri itu pun sering ber-tabarruj (memamerkan dandanannya kepada orang lain). Tabarruj artinya seorang istri keluar dari rumahnya dengan mengenakan pakaian terbaiknya dan berdandan, serta bersolek hingga membuat orang-orang terfitnah oleh penampilannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, (melainkan) istrinya yang lain dari bidadari berkata, ‘Janganlah menyakitinya, semoga Allah membunuhmu.’” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)

(Imam Adz-Dzahabi. 2008. Al-Kabair, Galaksi Dosa terjemah: Asfuri Bahri. Jakarta: Darul Falah)

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Artikel yang Lain xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Istri Yang Di Anggap Durhaka Kepada Suami

Apakah Anda termasuk Istri yang dianggap durhaka? apakah istri Anda termasuk istri yang dianggap durhaka kepada suami?

Apabila dipanggil oleh suaminya ia tidak datang.
Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud:“Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur. ia tidak datang nescaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Membantah suruhan atau perintah suami.
Sabda Rasulullah SAW: ‘Siapa saja yang tidak berbakti kepada suaminya maka ia mendapat laknat dan Allah dan malaikat serta semua manusia.”

Bermuka masam terhadap suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang bermuka masam di hadapan suaminya berarti ia dalam kemurkaan Allah sampai ia senyum kepada suaminya atau ia meminta keredhaannya.”

Jahat lidah atau mulut pada suami.
Sabda Rasulullah SAW: “Dan ada empat golongan wanita yang akan dimasukkan ke dalai Neraka (diantaranya) ialah wanita yang kotor atau jahat lidahnya terhadap suaminya.”

Membebankan suami dengan permintaan yang diluar kemampuannya.

Keluar rumah tanpa izin suaminya.
Sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya.” (Riwayat Al Khatib)

Berhias ketika suaminya tidak disampingnya.
Maksud firman Allah: “Janganlah mereka (perempuan-perempuan) menampakkan perhiasannya melainkan untuk suaminya.” (An Nur 31)

Menghina pengorbanan suaminya.
Maksud Hadis Rasulullah SAW: “Allah tidak akan memandang (benci) siapa saja perempuan yang tidak berterima kasih di atas pengorbanan suaminya sedangkan dia masih memerlukan suaminya.”

Mengijinkan masuk orang yang tidak diijinkan suaminya ke rumah
maksud Hadis: “Jangan ijinkan masuk ke rumahnya melainkan yang diijinkan A suaminya.” (Riwayat Tarmizi)

Tidak mau menerima petunjuk suaminya.
Maksud Hadis: “Isteri yang durhaka hukumnya berdosa dan dapat gugur nafkahnya ketika itu. Jika ia tidak segera bertaubat dan memint ampun dari suaminya, Nerakalah tempatnya di Akhirat kelak. Apa yang isteri buat untuk suami adalah semata-mata untuk mendapat keredhaan Allah SWT”

(http://suryaningsih.wordpress.com)
READ MORE - Dosa Istri yang Durhaka

Friday, January 22, 2010

Akhirnya.....

Di suatu masa.....
Saat aku masih tenggelam dalam arus duniawi
Yang tak peduli akan nasib diri
Tak lagi takut akan adzab yang sedang menanti
Terombang-ambing mencari jati diri

Kelalaian-kelalaian terus kulakukan
Kesia-siaan menjadi rutinitas harian
Syariat-Mu ku remehkan
Perintah-Mu ku abaikan
Larangan-Mu tak kuhiraukan

Hingga kemurahan-Mu menghampiriku
Engkau angkat aku dari jurang kebodohan
Engkau kenalkan aku dengan indahnya ilmu
Engkau rengkuh aku dalam nikmatnya hidayah-Mu
Hingga sempat kucicipi manisnya iman
Kelezatan tak terkira dalam cinta-Mu

Ya Rabbi.....
Dengan tergopoh aku berlari menuju pintu-Mu
Dengan berurai air mata kumengemis ampunan-Mu
Dengan hati yang hancur kubersimpuh di hadapan-Mu

Ya Allah....
Ampuni aku yang telah terlena
Terbuai rasa aman yang melalaikan
Tertipu oleh secuil dunia yang melenakan
Hingga dosa-dosa kembali kuremehkan
Syukur semakin jarang kusenandungkan
Doa tak lagi jadi kidung di setiap malam

Ya Allah....
Kini kusadar telah menuai buahnya
Lantunan ayat suci tak lagi menyentuh hati
Untaian nasehat taklagi menggugah jiwa
Dzikir tak lagi penggetar hati
Bila diri telah merasa suci
Tak ada lagi kemuliaan yang dimiliki

Ya Ilahi....
Tak kutemukan jalan selain jalan-Mu
Tak kulihat pilihan kecuali kembali pada-Mu
Tunduk terhina di hadapan-Mu
READ MORE - Akhirnya.....

Wednesday, January 6, 2010

Calon penghuni surga

Suatu ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya duduk di masjid menunggu datangnya shalat Ashar. Tiba-tiba beliau bersabda, “Tak lama lagi akan datang calon penghuni surga.”
Mendengar itu, Anas bin Malik sangat penasaran dan ingin megetahui siapa yang dimaksud. Tak lama kemudian masuklah seorang pria berpenampilan sederhana. Dari janggutnya masih menetes bekas wudhu. Sesampai di masjid ia shalat Tahiyatul Masjid. Ketika waktu Ashar tiba, pria itupun ikut shalat berjamaah.

Keesokan harinya, di waktu yang sama, Rasulullah kembali mengulang sabdanya, “Segera akan datang seorang pria calon penghuni surga.” Ternyata sosok yang dimaksud adalah pria tersebut. Rasulullah SAW bersabda kembali tiga hari berturut-turut. Dan yang dimaksdudnya pria itu juga.

Peristiwa itu tak hanya membuat Anas binMalik jadi penasaran, tapi juga sangat menarik perhatian Abdullah bin Umar. Sehingga iapun sangat berkeinginan untuk mengetahui keistimewaan apa yang dimilikinya.

Selepas Isya’, Abdullahn bin Umar sengaja membuntuti pria itu sampai mendekati rumahnya yang berada di gang sempit. Aksi Abdullah bin Umar itupun diketahui olehnya, kemudian iapun menegurnya. “Aku lihat sejak dari masjid engkau mengikutiku. Kini aku sudah sampai ke dekat rumahku engkau masih juga membuntutiku. Apa maksudmu hai anak muda?”

Mendengar teguran itu, Abdullah menjawab, “Maafkan aku paman. Apakah aku boleh menumpang tidur di rumah paman?”

“Untuk bermalam di rumahku tidak masalah. Hanya saja rumahku sangat sederhana. Aku khawatir orang tuamu akan marah, karena engkau tidak pulang,” jawab pria itu.

“Aku sudah biasa di rumah yang sederhana. Orang tuaku tak akan marah sebab aku sering tidak tidur di rumah,” kata Abdullah.

Pria itu berkata,”Kebiasan tidur di luar rumah tidak baik. Tetapi aku tak mungkin membiarkanmu tidur di jalanan.”

Keduanya masuk ke dalam rumah sederhana itu. Ia juga menunjukkan tempat tidur untuk bermalam yang memang sangat sederhana.

Abdullah bin Umar sengaja tak tidur semalaman. Ia menyaksikan pria itu bangun melaksanakan qiyamul Lail. Seusai shalat ia tidur dan bangun menjelang Subuh. Bersama Abdullah berangkat bekerja sebagai tukang batu. Sorenya pria itu ke masjid dan malamnya pulang bersama Abdullah bin Umar. Hal itu berlangsung selama tiga hari.

Malam terakhir, Abdullah berkata, ”Maafkan aku paman aku sengaja menginap di rumah paman, karena aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, bahwa paman calon penghuni Surga. Jadi aku sangat ingin tahu apa keistimewaan paman sehingga mendapat jaminan seperti itu?”

Pria itupun berkata,” Aku tidak beramal sesuatu yang lebih dari kebiasaanku sebagaimana yang engkau lihat. Aku hanya istiqomah melaksanakan kewajibanku tepat pada waktunya. Aku tidak menyakiti seorang manusia pun. Dan aku tidak pernah iri hati terhadap sesuatu nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.”

Abdullah bin Umar pun merasa puas atas jawaban itu dan mengucapkan terima kasih.


Semoga kita dapat mencontohnya, amin amin Ya Allah Ya Rabbil Alamin
READ MORE - Calon penghuni surga