Monday, December 14, 2009

Kelebihan dan Kekurangan Iblis

Bismillahirrahmanirrahim,, Alhamdulillah wasyukrulillah,,Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa muhammad, wa’alaa alihii waash-habihii ajma’iin,, Amma ba’du, Saya memohon kepada Allah SWT, semoga kita semua dihindarkan dari godaan Iblis La’natullah ‘alaih beserta balatentaranya, Amin

Dikisahkan Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas :

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba – tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? sebab kalian akan membutuhkanku. “
Rasulullah bersabda:”Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”
Beliau melanjutkan, “itu iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”
Nabi menahannya:”Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”
Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. di janggutnya terdapa 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad,… . salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”
Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu? “
“Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”
oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: ” Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”
“Siapa selanjutnya?”

“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”

“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)“

” Lalu siapa lagi?”

“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”

“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“apa tanda kesabarannya?”

” Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang – orang yang sabar.”

“Selanjutnya apa?”

“Orang kaya yang bersyukur.”
“apa tanda kesyukurannya ?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya .”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur. “

“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya .”

“Ali bin Abi Thalib?”
” Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“aku merasa panas dingin dan gemetar. “
” Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka .”

” Jika ia berhaji?”
” Aku seperti orang gila. “

“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

” Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”
“mengapa bisa begitu? “
“sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

” apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“taubat orang yang bertaubat.”

” apa yang dapat membakar hatimu?”
” istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“sedekah yang diam – diam. “

“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu? “
“Shalat berjamaah .”

“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”

” bagaimana cara makanmu?”
“dengan tangan kiri dan jariku.”

“dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“di bawah kuku manusia.”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk..”

“Siapa tamumu? “
“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”

” Siapa kekasihmu? “
” Orangyang meninggalkan shalat jumaat“

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu? “
“orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”

Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas

Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali:” tidak , tidak… tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir..
Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku.
Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua.
Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu ?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak – Anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang – orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak ynag suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.

Syaithan juga berkata,”keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

mereka, anak – anakku seleu meyusup dan berubah ari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.

Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.

Cara Iblis Menggoda

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.

Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gosip) dan Namimah(Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku. ..

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hnaya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedanga aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”

10 Permintaan Iblis kepada Allah SWT

“berapa yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“apa saja?”

“aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman, “berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. akujuga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.

Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara , maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.
Allah berfirman, “Orang – orang bros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27)

Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.

Allah menjawab, “silahkan”, aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.
Iblis berkata : “wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.”

jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun.
sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.
jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini.
kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.

Rasulullah SAW lalu membaca ayat :”mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT ” (QS Hud :118 – 119)
juga membaca, ” Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata: ” wahai Rasul Allah takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin pendudk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk – mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”
READ MORE - Kelebihan dan Kekurangan Iblis

Wednesday, December 9, 2009

HARI-HARI YANG DILARANG UNTUK BERPUASA

Hari-hari yang dilarang puasa meliputi sebagai berikut.

1. Dua Hari Raya

Para ulama telah sepakat (ijma') atas haramnya berpuasa pada kedua hari raya, baik puasa fardu maupun puasa sunnah, berdasakan hadis Umar ra, "Sesungguhnya Rasulullah saw melarang puasa pada kedua hari ini. Adapun hari raya Idul fitri, ia merupakan hari berbuka dari puasamu, sedang hari raya Idul adha maka makanlah hasil kurbanmu." (HR Ahmad dan imam empat)

2. Hari-Hari Tasyriq

Haram berpuasa pada hari-hari tasyriq, yaitu tiga hari berturut-turut setelah hari raya Idul adha (tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijah), berdasakan riwayat Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah mengutus Abdullah bin Hudzaifah berkeliling kota Mina untuk menyampaikan, Janganlah kamu berpuasa pada hari ini karena ia merupakan hari makan minum dan berzikir kepada Allah." (HR Ahmad dengan sanad yang jayyid).

3. Berpuasa pada Hari Jumat secara Khusus

Hari Jumat merupakan hari raya mingguan bagi umat Islam. Oleh sebab itu, agama melarang berpuasa pada hari itu. Akan tetapi, jumhur (sebagian besar ulama) berpendapat bahwa larangan itu berarti makruh,bukan menunjukkan haram, kecuali jika seseorang berpuasa sehari sebelum atau sesudahnya atau sesuai dengan kebiasaannya atau secara kebetulan bertepatan pada hari Arafah (9 Dzulhijah) atau hari Asyura (10 Muharam), maka tidaklah makruh berpuasa pada hari Jumat itu.

Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah saw masuk ke rumah Juwairiyah binti Harits pada hari Jumat sedang ia sedang berpuasa. Lalu Nabi bertanya kepadanya, "Apakah engkau berpuasa kemarin?" Dia menjawab, "Tidak", dan besok apakah engkau bermaksud ingin berpuasa? "Tidak," jawabnya. Kemudian Nabi bertanya lagi, dia menjawab tidak pula. "Kalau begitu, berbukalah sekarang!" (HR Ahmad dan Nasa'i dengan sanad yang jayyid).

Diriwayatkan pula dai Amir al-Asy'ari, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya hariJumat itu merupakan hari rayamu, karena itu janganlah kamu berpuasa pada hari itu, kecuali jika kamu berpuasa sebelum atau sesudahnya!" (HR al-Bazar dengan sanad yang hasan).

Ali ra berpesan: "Siapa yang hendak melakukan perbuatan sunnah di antaramu, hendaklah ia berpuasa pada hari Kamis dan jangan berpuasa pada hari Jumat, karena ia merupakan hari makan dan minum serta zikir." HR Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang hasan.

Menurut riwayat Bukhari dan Muslim yang diterima dari Jabir ra bahwa Nabi saw bersabda, "Janganlah kamu berpuasa pada hari Jumat, kecuali jika disertai oleh satu hari sebelumnya atau satu hari sesudahnya." Dan menurut lafal Muslim: "Janganlah kamu mengkhususkan malam Jumat di antara malam-malam itu buat bangun beribadah, dan jangan kamu khususkan hari Jumat itu di antara hari-hari lain untuk berpuasa, kecuali bila bertepatan dengan puasa yang dilakukan oleh salah seorang di antaramu!"

4. Berpuasa pada Hari Sabtu secara Khusus

Larangan berpuasa pada hari ini didasarkan pada dalil yang telah dipadukan (al-Jam'u Bainal Adillah) dari dalil-dalil yang membolehkan puasa pada hari Sabtu dan dalil-dalil yang melarang puasa pada hari itu.

Di antara dalil itu adalah hadis Busr seperti di bawah ini:

Dari Busr as-Sulami dari saudara perempuannya, ash-Shamma' bahwa Rasulullah saw bersabda, "Janganlah kamu berpuasa pada hari Sabtu, kecuali karena diwajibkan kepada kamu. Dan seandainya seseorang di antaramu tidak menemukan kecuali kulit anggur atau bungkal kayu, hendaklah dimamahnya makanan itu!" (HR Ahmad, Ashhaabus Sunan, dan Hakim seraya mengatakan, hadis tesebut shahih menurut syarat Muslim).

Turmudzi mengatakan, hadis tersebut Hasan, seraya berkata: "Dimakruhkan di sini maksudnya ialah jika seseorang mengkhususkan hari Sabtu untuk berpuasa, karena orang-orang Yahudi membesarkan hari Sabtu."

Dari Ummu Salamah dia berkata, "Nabi saw lebih banyak melakukan puasa pada hari-hari Sabtu dan Minggu daripada hari-hari yang lainnya dan beliau bersabda: 'Kedua hari itu merupakan hari besar orang-orang musyrik, maka saya ingin berbeda dengan mereka'." (HR Ahmad, Baihaqi, Hakim dan Ibnu Khuzaimah seraya keduanya yang terakhir ini menyatakan sah.

Berdasarkan bermacam-macam hadis ini, Syekh Albani berpendapat: "Dari sini, maka tampaklah dengan jelas bahwa kedua macam ini membolehkan (puasa hari Sabtu). Maka, jika dilakukan kompromi antara hadis-hadis yang membolehkan dengan hadis ini (hadis yang melarang puasa hari Sabtu), bisa ditarik kesimpulan bahwa hadis ini (yang melarang) lebih didahulukan daripada hadis-hadis yang membolehkan. Demikian juga, sabda Nabi saw kepada Juwairiyah: "Apakah kamu akan berpuasa besok?" dan yang semakna dengan sabda ini adalah dalil yang membolehkan juga, maka tetap lebih mendahulukan hadis yang melarang daripada Sabda Nabi saw kepada Juwairiyah ini."

5. Berpuasa pada Hari yang Diragukan

Dari Ammar bin Yasir ra berkata, "Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukannya, berarti ia telah durhaka kepada Abul Qasim (Muhammad saw)." (HR Ash-Habus Sunan).

Menurut Turmudzi, hadis ini hasan lagi shahih dan menjadi amalan bagi kebanyakan ulama. Hadis itu juga merupakan pendapat Sufyan Tsauri, Malik bin Anas, Abdullah ibnu Mubarok, Syafi'i, Ahmad, serta Ishak.

Kebanyakan mereka berpendapat, jika hari yang dipuasakannya itu termasuk bulan Ramadhan, hendaklah ia mengqadha satu hari sebagai gantinya. Dan jika ia berpuasa pada hari itu karena kebetulan bertepatan dengan kebiasaannya, maka hukumnya boleh tanpa dimakruhkan.

Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, "Janganlah kamu mendahului puasa Ramadhan itu dengan sehari dua hari, kecuali jika bertepatan dengan hari yang biasa dipuasakan, maka bolehlah kamu berpuasa pada hari itu." (HR al-Jamaah).

6. Berpuasa Sepanjang Masa

Hal ini berdasarkan hadis:
"Tidaklah berpuasa, orang yang berpuasa sepanjang masa." (HR Ahmad, Bukhari, dan Muslim).

Solusi dari larangan ini adalah hendaknya seseorang berpuasa dengan puasa Daud as, yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.

Refeensi:
1. Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq
2. Tamamul Minnah, Muhammad Nashiruddin al-Albani

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
READ MORE - HARI-HARI YANG DILARANG UNTUK BERPUASA

Wednesday, April 15, 2009

6 Sifat Shahabat

Mudzakarah 6 Sifat Shahabat

Allah SWT meletakkan kesuksesan dan kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat hanyalah pada agama Islam yang sempurna. Agama Islam yang sempurna adalah agama yang dibawa oleh Rasululloh SAW. Meliputi Iman, Ibadah, Muamalah, Muasyarat dan Ahlaq. Pada saat ini umat islam tidak ada kekuatan dan kemampuan untuk mengamalkan agama secara sempurna. Para sahabat RA telah sukses dan jaya dalam mengamalkan agama secara sempurna karena mereka memiliki sifat-sifat dasar yang terkandung dalam enam sifat sahabat yang meliputi, 1. Yakin atas kalimah thoyyibah “laa ilaaha illallah muhammadurrasulullah” 2. Sholat khusyu’ dan khudlu’ 3. Ilmu ma’adzikir 4. Ikromul Muslimin 5. Tashihun niat 6. Da’wah dan tabligh khuruj fi sabilillah. Enam sifat sahabat RA tersebut bukan merupakan wujud agama yang sempurna, karena agama yang sempurna terkandung dalam al qur’an dan al hadits, tetapi apabila enam sifat para sahabat tersebut ada dalam diri kita maka Allah SWT akan memberikan kemudahan kepada kita untuk mengamalkan agama secara sempurna.

1. Yakin atas kalimah thoyyibah “laa ilaaha illallah muhammadurrasulullah“.
Arti : Tidak ada yang berhak disembah selain Allah Swt. Dan Baginda Muhammad Saw. Adalah utusan Allah.
Maksud Laa ilaha illallah
Mengeluarkan keyakinan pada mahluk dari dalam hati dan memasukkan keyakinan hanya kepada Allah Swt. Di dalam hati.
Fadhilah :
1. Barang siapa yang mati sedangkan dia yakin tidak ada yang berhak disembah selain Allah Swt., maka dijamin masuk surga.
2. Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan hatinya membenarkan lisannya, maka dipersilahkan masuk surga dari pintu mana yang dia suka.
3. Sekecil-kecil iman dalam hati maka akan Allah berikan surga yang luasnya 10 kali dunia.
Cara mendapatkan :
1. Dakwahkan pentingnya iman yakin.
2. Latihan dengan cara memperbanyak halaqoh-halaqoh / majlis iman yakin (bicara atau dengar).
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat iman dan yakin.
Maksud Muhammadarrasulullah
Meyakini hanya satu-satunya jalan untuk mencapai kejayaan dunia dan akherat hanya dengan cara ikut sunnah Rasulullah Saw.
Fadhilah :
1. Rasulullah Saw. bersabda, Tidak akan masuk neraka seseorang yang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan Aku (Muhammad) sebagai utusan Allah.
2. Rasulullah Saw. bersabda barang siapa yang berpegang teguh dengan sunnahku dikala rusaknya ummatku maka baginya pahala 100 orang mati syahid.
3. Rasulullah Saw. Bersabda barang siapa menghidupkan sunnahku sungguh dia cinta padaku, dan barangsiapa yang cinta padaku maka akan bersamaku didalam surga.
Cara mendapatkan :
1. Dakwahkan pentingnya menghidupkan sunnah Rasulullah Saw.
2. Latihan , yaitu dengan cara menghidupkan sunnah Rasulullah Saw. Dalam kehidupan kita selama 24 jam.
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk menghidupkan sunnah.

2. Sholat khusyu’ dan khudlu’
Arti : Shalat dengan konsentrasi batin dan merendahkan diri dengan mengikut cara yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Maksud Shalat Khusu dan Khudu
Membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah Swt didalam shalat kedalam kehidupan sehari-hari.
Fadhilah :
1. Allah berfirman : Sesungguhnya shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
2. Allah berfirman : Carilah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat.
3. Rasulullah Saw. Bersabda : shalat adalah milahnya orang beriman.
Cara mendapatkan :
1. Dakwahkan pentingnya shalat
2. Latihan dengan cara :
a. Memperbaiki dhahirnya shalat.
b. Menghadirkan keagungan Allah
c. Belajar menyelesaikan masalah dengan shalat
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat shalat khusyu dan khudu.

3. Ilmu ma’adzikir
Arti Ilmu : Semua petunjuk yang dating dari Allah Swt melalui Baginda Rasulullah Saw.
Arti Dzikir: Mengingat Allah sebagaimana agungnya Allah.
Maksud Ilmu ma’adzikir
Mengamalkan perintah Allah Swt. Pada setiap saat dan keadaan dengan menghadirkan keagungan Allah didalam hati dan ikut cara Rasulullah Saw.
Fadhilah Ilmu:
1. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka akan Allah fahamkan dirinya pada masalah agama.
2. Barangsiapa berjalan mencari ilmu maka akan Allah mudahkan untuknya jalan menuju surga.
3. Barangsiapa mempelajari satu ayat Al Quran maka nilainya adalah lebih baik daripada shalat sunnah 100 rakaat. Barangsiapa mempelajari satu bab dari ilmu maka lebih baik nilainya daripada shalat sunnah 1000 rakaat.
Fadhilah Dzikir:
1. Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang yang hidup dibandingkan dengan orang yang mati.
2. Allah berfirman : Dengan mengingat Allah maka hati akan menjadi tenang.
3. Allah berfirman : Ingatlah pada Ku niscaya Aku akan ingat kepadamu.
Cara mendapatkan ilmu fadhail :
1. Dakwahkan pentingnya ilmu fadhail
2. Latihan dengan cara :
a. Duduk dalam halaqoh fadhail di masjid dan di rumah.
b. Ajak manusia untuk duduk dalam halaqoh fadhail
c. Hadirkan fadhail dalam setiap amalan .
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat ilmu fadhail.
Cara mendapatkan ilmu masail :
1. Dakwahkan pentingnya ilmu masail
2. Latihan dengan cara :
a. Duduk dalam halaqoh masail dengan para alim ulama.
b. Bertanya kepada ulama baik untuk masalah agama maupun dunia.
c. Sering berziarah kepada para alim ulama .
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat ilmu masail.
Cara mendapatkan dzikir :
1. Dakwahkan pentingnya dzikir kepada Allah Swt.
2. Latihan dengan cara :
a. Setiap hari membaca Al Quran (usahakan 1 juz).
b. Membaca tasbihat, shalawat dan istigfar masing-masing 100 X.
Ketika membaca tasbihat maka hadirkan kemahasucian Allah
Ketika membaca shalawat maka ingat jasa-jasa Rasulullah kepada kita.
Ketika membaca istigfar maka hadirkan sifat Maha Pengampunnya Allah.
c. Amalkan doa-doa masnunah (harian) .
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat dzikir.

4. Ikromul Muslimin
Arti : Memuliakan sesame orang islam / muslim.
Maksud ikramul muslimin
Menunaikan hak-hak semua orang islam tanpa meminta hak daripadanya.
Fadhilah :
1. Allah akan menolong seorang hamba selagi dia menolong saudaranya.
2. Barang siapa menutup aib saudaranya yang muslim maka Allah akan menutup aibnya dan barang siapa membuka aib saudaranya yang muslim maka Allah akan membuka aibnya sampai dia akan dipermalukan di rumahnya sendiri.
3. Senyummu didepan saudaramu adalah sedekah.
Cara mendapatkan :
1. Dakwahkan pentingnya ikram
2. Latihan dengan cara :
a. Memberi salam kepada orang yang kita kenal ataupun yang tidak kita kenal.
b. Menyayangi yang muda, menghormati yang tua, memuliakan uloama dan menghormati sesama.
c. Berbaur dengan semua orang yang berbeda-beda wataknya.
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan ahlaq sebagaimana ahlaq Baginda Rasulullah Saw.

5. Tashihun niat
Arti : Membetulkan / meluruskan niat
Maksud tashihun niat
Membersihkan niat pada setiap amalan semata-mata karena Allah Swt.
Fadhilah :
1. Sesungguhnya Allahtidak akan menerima amalan seseorang kecuali dengan ikhlas.
2. Sesungguhnya Allah tidak memandang pada rupamu dan hartamu tetapi Dia akan memandang pada hatimu dan amalanmu.
3. Baginda Rasulullah Saw. Bersabda : Wahai Muadz jagalah keihklasan karena amal yang ikhlas walau sedikit akan mencukupi.
Cara mendapatkan :
1. Dakwahkan pentingnya ikhlas.
2. Latihan dengan cara : setiap beramal periksa niat kita, sebelum beramal, ketika beramal dan setelah beramal, bersihkan niat agar semata-mata hanya karena Allah.
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat ikhlas dalam beramal.

6. Da’wah dan tabligh khuruj fi sabilillah
Arti : Dakwah mengajak, Tabligh menyampaikan dan khuruj fisabilillah adalah keluar di jalan Allah.
Maksud
1. Memperbaiki diri, yaitu bagaimana agar dapat menggunakan harta diri dan waktu sebagaimana yang diperintahkan Allah.
2. Menghidupkan agama secara sempurna pada diri sendiri dan semua manusia diseluruh alam dengan menggunakan harta dan diri sendiri.
Fadhilah :
1. Allah berfirman : dan adakah yang perkataannya lebih baik daripada seseorang yang mengajak manusia kepada Allah.
2. Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk kebaikan dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkan.
3. Sepagi sepetang dijalan Allah lebih baik daripada mendapatkan dunia dan seisinya.
Cara mendapatkan :
1. Dakwahkan pentingnya dakwah dan tabligh.
2. Latihan dengan cara : keluar dijalan Allah minimal 4 bulan seumur hidup, 40 h setiap tahun, 3h setiap bulan dan 2,5 jam setiap hari. Tingkatkan dengan cara bertahap-tahap menjadi 4 bl tiap tahun, 10h tiap bulan dan 8 jam setiap hari.
3. Berdoa kepada Allah agar diberikan hakekat dakwah dan tabligh yaitu dapat menggunakan harta, diri dan waktu untuk kepentingan agama.
READ MORE - 6 Sifat Shahabat

Monday, April 6, 2009

waktu terlarang sholat

waktu terlarang sholat
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Shafwan bin al-Mu'aththil pernah bertanya kepada Rasulullah saw, 'Wahai Rasulullah, aku ingin bertanya kepadamu tentang suatu perkara yang engkau ketahui dan aku tidak tahu tentangnya.' 'Perkara apa itu?' tanya Rasulullah. la berkata, 'Adakah waktu di siang atau malam hari yang telarang bagi kita untuk mengerjakan shalat?' Rasulullah saw. menjawab, 'Ya ada, jika engkau telah mengerjakan shalat Shubuh, maka janganlah mengerjakan shalat sunnah hingga matahari terbit. Karena matahari terbit di antara dua tanduk syaitan. Setelah itu, silahkan engkau mengerjakan shalat sunnah, karena shalat pada saat itu dihadiri (oleh para Malaikat) dan diterima hingga matahari tepat di atas kepalamu seperti tegak lurusnya tombak. Jika matahari tepat di atas kepalamu, maka janganlah shalat, karena saat itu Jahannam dinyalakan dan pintu-pintunya dibuka. Hingga matahari tergelincir ke arah kananmu (ke arah barat). Jika matahari telah tergelincir, maka silahkan engkau shalat, karena shalat pada saat itu dihadiri (oleh para Malaikat) dan diterima hingga engkau mengerjakan shalat 'Ashar. Kemudian janganlah mengerjakan shalat sunnah hingga matahari terbenam," (Shahih, HR Ibnu Majah [1252], Ibnu Hibban [1452] dan al-Baihaqi [11/ 455]).

Diriwayatkan dari 'Uqbah bin 'Amir r.a. ia berkata, "Ada tiga waktu yang Rasulullah saw. melarang kami mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah; Ketika matahari terbit hingga benar-benar meninggi, ketika bayangan orang yang berdiri sudah tegak lurus pada waktu tengah hari liingga matahari tergelincir, dan ketika matahari telah condong untuk tenggelam hingga benar-benar tenggelam," (HR Muslim [831]).

Diriwayatkan dari 'Abdullali bin 'Abbas r.a. berkata, "Telah bersaksi kepadaku orang-orang yang dapat kupercaya, termasuk di dalamnya orang yang paling aku percayai, yakni 'Umar bin Khaththab r.a, bahwasanya Rasulullah saw. melarang shalat sunnah sesudah shalat Shubuh hingga matahari terbit dan sesudah shalat 'Ashar hingga matahari terbenam," (HR. Bukhari [581] dan Muslim [826]).

Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri r.a. berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Tidak ada shalat sunnah sesudah shalat Shubuh hingga matahari benar-benar meninggi, dan tidak ada shalat sunnah sesudah shalat 'Ashar hingga matahari benar-benar tenggelam’," (HR Bukhari [582] dan Muslim [827]).

Diriwayatkan dari ‘Amr bin 'Abasah r.a. dalam sebuah hadits yang panjang ia berkata, "Wahai Rasulullah, ajarilah aku perkara yang Allah SWT ajarkan kepadamu sedang aku tidak mengetahuinya, ajarilah aku tentang shalat." Rasulullah bersabda, "Kerjakanlah shalat Shubuh, kemudian jangan kerjakan shalat hingga matahari terbit dan meninggi, karena matahari terbit di antara dua tanduk syaitan. Pada saat itu, orang-orang kafir sujud kepadanya. Setelah itu, kerjakanlah shalat sunnah karena shalat pada saat itu disaksikan dan dihadiri (oleh para Malaikat). Hingga bayangan tegak lurus seperti batang tombak. Jangan kerjakan shalat (pada waktu ini), karena pada saat itu, Neraka Jahannam dinyalakan. Jika bayangan telah condong, maka kerjakanlah shalat, karena shalat pada saat itu disaksikan dan dihadiri (oleh para Malaikat). Hingga engkau mengerjakan shalat 'Ashar. Sesudah itu, janganlah shalat hingga matahari terbenam. Karena matahari terbenam di antara dua tanduk syaitan. Pada saat itu, orang-orang kafir sujud kepadanya," (HR Muslim [832]).

Diriwayatkan dari Abu Bashrah al-Ghifari r.a. berkata, "Rasulullah SAW mengimami kami shalat 'Ashar di Mukhammash. Sesudah shalat, beliau bersabda, 'Sesungguhnya, shalat ini telah diwajibkan atas ummat sebelum kalian, akan tetapi mereka menyianyiakannya. Barangsiapa menjaganya, maka ia mendapat pahala dua kali lipat. Dan tidak ada shalat sesudahnya (sesudah shalat ‘Ashar) hingga bintang-bintang terbit’," (HR Muslim [830]).

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, ‘Jika bulatan matahari mulai muncul, maka tundalah shalat hingga matahari benar-benar meninggi. Jika bulatan matahari mulai tenggelam, maka tundalah shalat hingga matahari benar-benar tenggelam’," (HR Bukhari [583] dan Muslim [829]).

Kandungan Bab:

1. Intinya, hadits-hadits di atas menyebutkan tentang waktu-waktu yang terlarang untuk mengerjakan shalat. Ada lima waktu yang terlarang: Ketika matahari terbit, ketika matahari terbenam, setelah shalat Shubuh, setelah shalat 'Ashar dan ketika matahari tepat berada di atas kepala saat tengah hari.
2. Akan tetapi, larangan shalat setelah shalat Shubuh dan shalat 'Ashar termasuk larangan yang telah dikhususkan oleh dua hadits berikut ini:
1. Hadits 'Ali bin Abi Thalib r.a, bahwasanya Rasulullah saw. melarang shalat setelah 'Ashar kecuali bila matahari masih tinggi, (Shahih, HR Abu Dawud [274], an-Nasa’i [1/280], Ahmad [1/129 dan 141], Ibnu Khuzaimah [1284 dan 1285], Ibnul Jarud [281], ath-Thayalisi [108], Ibnu Hibban [1547] dan [1562], al-Baihaqi [11/459], Abu Ya'la [411] dan [581], Ibnu Abi Syaibah [11/348-349] dan ath-Thahawi dalam Syarah Musykilil Aatsaar [5268-5272]).
2. Hadits Anas bin Malik r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian shalat ketika matahari terbit dan terbenam. Karena matahari terbit dan terbenam di antara dua tanduk syaitan. Dan shalatlah pada selain dua waktu tersebut," (Hasan, HR Abu Ya'la [4216] dan al-Bazzar [613]).

Dalam sejumlah buku-buku fiqh, banyak disebutkan tentang larangan mengerjakan shalat sunnah sesudah shalat Shubuh dan 'Ashar secara mutlak. Sampai-sampai sebagian ulama menukil kesepatakan dan ijma' ummat dalam masalah ini. Hujjah mereka adalah hadits-hadits umum di atas tadi. Para pembaca tentu sudah melihat dan menyimak bahwa larangan tersebut telah dikhususkan, bahwa yang dilarang adalah mengerjakan shalat pada saat matahari terbit dan terbenam.

Abul Fath al-Ya'mari telah menukil dari sejumlah ulama Salaf, seperti yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (0/61-62), mereka berkata, "Larangan mengerjakan shalat sesudah shalat Shubuh dan shalat 'Ashar sebenarnya untuk menjelaskan bahwa setelah shalat Shubuh dan shalat 'Ashar tidak ada shalat sunnah. Maksudnya bukan seperti larangan mengerja-kan shalat saat matahari terbit atau terbenam. Hal ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa’i dengan sanad hasan, dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda, ‘Janganlah mengerjakan shalat setelah shalat Shubuh dan 'Ashar, kecuali bila matahari masih terang sinarnya’,”

Dalam riwayat lain disebutkan, “Kecuali bila matahari masih tinggi.”

Jadi jelaslah, maksudnya bukan larangan mengerjakan shalat setelah shalat Shubuh atau shalat 'Ashar secara mutlak. Namun, maksudnya adalah larangan mengerjakan shalat pada waktu terbit atau terbenam matahari, atau mendekati kedua waktu tersebut, wallaabu a'lam."

Saya katakan, "Inilah pendapat yang mesti diambil dan dijadikan pegangan dalam masalah yang diperselisihkan ini. Jika engkau memang termasuk orang yang Allah sejukkan hatinya dengan keteduhan ittiba' (mengikut Sunnah Nabi), dan memperoleh kebahagiaan dengan keyakinan yang mantap, janganlah terperdaya dengan klaim ijma’ dalam masalah ini, kepopuleran pendapat dan banyaknya. Terlebih lagi bila bertentangan dengan Sunnah Nabawiyyah yang jelas lagi shahih."

Catatan penting 1:

Al-Baihaqi mengeluarkan komentar atas hadits ‘Ali r.a. yang perlu diluruskan agar masalah ini tidak menjadi rancu di benak para pembaca:
1. Al-Baihaqi berkata (11/459), "Meskipun Abu Dawud as-Sijistani telah meriwayatkannya dalam kitab Sunannya, namun hadits ini tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim."

Saya katakan, "Tidak menjadi syarat shahih, hadits tersebut harus terdapat dalam kitab Bukhari dan Muslim.”
2. Al-Baihaqi berkata, "Wahb bin al-Ajda’ tidak memenuhi kriteria perawi yang dipakai oleh Bukhari dan Muslim."

Saya katakan, "Wahb bin al-Ajda' adalah seorang tabi'in yang tsiqah lagi masyhur seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hazm dalam al-Muhalla (111/31). Apakah tennasuk syarat shahih hadits tersebut harus sesuai dengan kriteria Bukhari dan Muslim? Bukankah Bukhari dan Muslim sendiri telah menshahihkan banyak hadits yang tidak terdapat dalam kitab shahih mereka berdua?"
3. Al-Baihaqi berkata, "Ini hanyalah hadits dari seorang perawi saja, sementara hadits-hadits tentang larangan mengerjakan shalat sunnah sesudah shalat 'Ashar sampai terbenam matahari diriwayatkan oleh banyak perawi, hadits-hadits tersebut tentu lebih layak diambil."

Saya katakan, Jawabannya dari beberapa sisi:

Pertama: Kedua hadits tersebut shahih dan dapat diambil. Tidak ada pertentangan antara keduanya hingga kita harus memilih salah satunya karena jumlah perawinya lebih banyak. Karena hadits berisi larangan mengerjakan shalat sunnah setelah 'Ashar adalah hadits mutlak yang dibatasi pengertiannya oleh hadits 'Ali r.a.

Kedua: Hadits 'Ali tidaklah bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh perawi-perawi lainnya. Bahkan, di dalamnya terdapat tambahan dari perawi tsiqah yang harus diambil dan tidak boleh dibuang. Karena dalam hadits 'Ali terdapat maklumat tambahan. Dan orang yang mengetahui menjadi hujjah atas orang yang tidak mengetahui.

Ketiga: Hadits 'Ali bukanlah hadits dari seorang perawi saja, bahkan ada dua hadits yang menguatkannya sebagaimana yang telah dijelaskan dahulu, yakni hadits Anas bin Malik dan Bilal r.a.
4. Al-Baihaqi berkata, "Telah diriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib r.a. sebuah hadits yang bertentangan dengan hadits tersebut, dan ada pula hadits yang mendukungnya. Adapun hadits yang bertentangan dengan-nya -lalu ia menyebutkan sanadnya sampai kepada 'Ali r.a. bahwa beliau berkata, 'Rasulullah saw. biasa mengerjakan shalat sunnah dua raka'at selepas shalat maktubah. kecuali (setelah) shalat Shubuh dan shalat 'Ashar’.”

Adapun hadits yang mendukungnya, lalu ia menyebutkan sanadnya sampai kepada 'Ashim bin Dhamrah ia berkata, "Kami bersama 'Ali r.a. dalam sebuah perjalanan. Beliau mengimami kami shalat 'Ashar dua raka'at, kemudian aku saksikan beliau masuk ke dalam kemahnya kemudian mengerjakan shalat dua raka'at."

Al-Baihaqi berkata, "Imam asy-Syafi'i telah meriwayatkan ketiga hadits ini dari 'Ali bin Abi Thalib r.a., kemudian beliau berkata, ‘Hadits-hadits ini bertentangan satu sama lain’."

Kemudian al-Baihaqi berkata, "Maka dari itu kita wajib mengikuti hadits yang terlepas dari kontroversi. Larangan tersebut khusus bagi shalat-shalat yang tidak memiliki sebab. Adapun shalat-shalat yang memiliki sebab tertentu dikecualikan dari larangan tersebut berdasarkan hadits Ummu Salamah, wallaahu a'lam"

Saya katakan, "Hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, dari jalur Sufyan, dari Abu Ishaq, dari 'Ashim bin Dhamrah, dari 'Ali bin Abi Thalib r.a, ia berkata, 'Rasulullah biasa mengerjakan shalat sunnah dua raka'at selepas shalat maktubah kecuali shalat Shubuh dan 'Ashar,’ tidaklah bertentangan dengan hadits 'Ali yang lain yang berbunyi, Rasulullah saw. melarang mengerjakan shalat sunnah sesudah shalat 'Ashar, kecuali bila matahari masih tinggi' dari beberapa sisi berikut ini:

Pertama: Karena hadits tersebut menunjukkan bolehnya shalat setelah 'Ashar selama matahari belum mulai terbenam hingga benar-benar terbenam. Sementara hadits yang pertama menafikan bahwa Rasulullah saw. pernah mengerjakan dua raka'at sunnah setelah shalat 'Ashar.

Kedua: Sudah barang tentu, tidak semua perkara yang dibolehkan berdasarkan dalil syar'i pasti dilakukan oleh Rasulullah saw.

Ketiga: 'Ali r.a. mengabarkan sebatas yang beliau ketahui. Karena telah diriwayatkan dari Ummul Mukminin 'Aisyah dan Ummu Salamah r.a, bahwa Rastdullah saw. mengerjakan shalat dua raka'at setelah 'Ashar. Dua raka'at tersebut adalah shalat sunnah ba'diyah Zhuhur.

'Aisyah r.a. mengabarkan bahwa Rasulullah saw. rutin mengerjakannya dan terus mengerjakannya setelah itu. Berarti, kedua hadits tersebut saling bersesuaian dan tidak saling bertentangan, alhamdulillaah sebelum dan sesudahnya.

Ucapan al-Baihaqi, "Adapun hadits yang mendukungnya" kemudian ia membawakan sanad dari jalur Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari 'Ashim bin Dhamrah, ia berkata: "Suatu ketika kami bersama 'Ali bin Abi Thalib dalam sebuah' perjalanan. Beliau mengimami kami shalat ‘Ashar. Kemudian aku saksikan beliau masuk ke dalam kemahnya dan mengerjakan shalat dua raka'at."

Ini merupakan perbuatan 'Ali bin Abi Thalib r.a. yang sesuai dengan riwayatnya. Oleh karena, itu ikhtilaf (pertentangan) ketiga hadits ini yang dinukil al-Baihaqi dari asy-Syafi'i tidak dapat dianggap benar. Sesungguhnya, di atas orang yang alim ada lagi yang lebih alim.

Dan ucapan al-Baihaqi, "Maka dari itu, kita wajib mengikuti hadits yang terlepas dari kontroversi."

Saya katakan, "Klaimnya, bahwa tidak ada perbedaan pendapat atau kontroversi dalam masalah ini tidak diterima begitu saja. Karena sebagian ulama berpendapat, mutlak terlarang mengerjakan shalat sunnah setelah Shubuh dan 'Ashar, baik memiliki sebab maupun tidak. Ulama Ash-haabur Ra'-yi berpendapat, Tidak boleh mengerjakan shalat apa pun pada waktu-waktu tersebut, baik shalat fardhu maupun lairmya. Kecuali mengerjakan shalat 'Ashar hari itu saat matahari terbenam.'

Kemudian al-Baihaqi berusaha mengkhususkan hadits tersebut. Hal itu harus ia lakukan, akan tetapi mengkhususkannya dengan hadits-hadits berisi larangan mengerjakan shalat pada saat terbit dan terbenam matahari tentu lebih tepat. Karena hadits tersebut berkaitan langsung dengan masalah ini (yakni tentang waktu-waktu yang terlarang mengerjakan shalat,'Pent-). Berbeda halnya dengan apa yang dilakukan oleh al-Baihaqi. Dalil-dalil yang dipakainya itu hanyalah tambahan bagi nash-nash yang berkaitan langsung dengan masalah ini. Terlebih lagi tidak ada pertentangan antara hadits-hadits 'Ali dan hadits-hadits lainnya.

Catatan penting 2 :

Adapun yang diriwayatkan dari 'Umar r.a, bahwa ia melarang 'Ali bin Abi Thalib mengerjakan shalat setelah shalat 'Ashar, 'Umar mengingatkan bahwa sebenarnya 'Ali tahu larangan Rasulullah saw. dalam masalah ini.

Abu Ja'far ath-Thahawi memberikan jawaban yang cukup tuntas terhadap riwayat ini dalam kitab Syarah Musykilil Aatsaar (XIII/290), ia berkata, "Dalam riwayat ini disebutkan bahwa 'Umar telah mengingatkan 'Ali tentang masalah tersebut. Yakni, 'Ali mengetahui larangan mengerjakan shalat sesudah shalat 'Ashar. Dan 'Umar tidaklah mengatakannya melainkan beliau juga mengetahui larangan Rasulullah tersebut. Apalagi 'Ali tidak membantah ucapan 'Umar. Apakah hal itu bertentangan dengan hadits Wahb bin al-Ajda' dari 'Ali ataukah tidak?"

Jawaban kami terhadap permasalahan di atas adalah sebagai berikut -dengan taufiq dan pertolongan Allah-, "Menurut pandangan kami, hadits Wahb dan hadits Ibnu Darraj di atas tidaklah saling bertentangan, wallaahu a'lam. Sebab, kemungkinan 'Ali r.a. shalat ketika matahari menurutnya masih tinggi, Rasulullah masih membolehkan shalat pada ketinggian matahari seperti itu. Sementara menurut 'Umar sudah tidak boleh lagi. Jadi, keduanya berselisih tentang ketinggian matahari yang masih dibolehkan shalat. Penyebab perselisihan keduanya bukanlah dalam masalah larangan mengerjakan shalat setelah 'Ashar yang diketahui 'Ali r.a. dari Rasulullah saw. Sebab, adakalanya sebagian orang memahami ketinggian matahari tersebut tidak seperti yang dipahami oleh sebagian lainnya yang sama-sama mendengar hadits tersebut."

Catatan penting 3:

Telah diriwayatkan dari 'Aisyah r.a, sebuah riwayat yang selaras dengan hadits Ali r.a, Yakni yang diriwayatkan oleh al-Miqdam bin Syuraih, dari ayahnya, ia berkata, "Aku bertanya kepada 'Aisyah, 'Apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sepertinya yang beliau maksud adalah apa yang beliau lakukan sesudah mengerjakan shalat Zhuhur dan shalat 'Ashar. 'Aisyah r.a. menjawab, ‘Beliau mengerjakan shalat Zhuhur, kemudian mengerjakan shalat sunnah dua raka'at sesudahnya. Setelah itu beliau mengerjakan shalat 'Ashar, kemudian mengerjakan shalat sunnah dua raka'at sesudahnya.’ Ayahku berkata lagi, 'Sungguh aku melihat 'Umar r.a. memukul seorang laki-laki yang beliau temui mengerjakan shalat sunnah dua raka'at setelah shalat 'Ashar.’

'Aisyah menjawab, "Umar sendiri pernah mengerjakannya dan ia juga tahu Rasulullah saw. telah mengerjakannya. Akan tetapi kaummu, penduduk Yaman adalah kaum yang bodoh. Apabila mereka telah mengerjakan shalat Zhuhur, maka mereka akan mengerjakan shalat sunnah sesudahnya sampai 'Ashar. Dan apabila mereka telah mengerjakan shalat 'Ashar, maka mereka akan mengerjakan shalat sunnah sesudahnya sampai Maghrib. Sungguh tepat apa yang dilakukan 'Umar itu’," (Shahih, HR Ahmad ]VI/254] dan ath-Thahawi dalam Syarah Musykilil Atsaar [5283]).

Ath-Thahawi mengatakan (XIII/296), "Hadits ini mengisyaratkan bahwa apa yang dipahami 'Aisyah tentang larangan mengerjakan shalat sunnah setelah 'Ashar sama seperti apa yang dipahami oleh 'Ali bin Abi Thalib r.a."

Dengan perincian di atas, menjadi jelaslah maksud larangan menyengaja shalat pada saat matahari terbit dan terbenam. Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadks Ibnu 'Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah salah seorang dari kamu menyengaja shalat ketika matahari terbit dan terbenam," (HR Bukhari [585]).

Dan hadits 'Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian mencari-cari waktu terbit dan terbenam matahari lalu mengerjakan shalat pada waktu tersebut," (HR Muslim [833]).
3. Rasulullah saw. telah menyebutkan alasan larangan shalat pada saat matahari terbit dan terbenam, yakni disebabkan matahari terbit dan terbenam di antara dua tanduk syaitan, pada saat itulah orang-orang kafir sujud kepada matahari. Dan Rasulullah saw. menyebutkan alasan larangan mengerjakan shalat pada saat matahari tepat di atas kepala, yaitu karena pada waktu tersebut, Neraka Jahannam dinyalakan dan dibuka pintu-pintunya.

Sungguh keliru al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (11/60) karena menukil perkataan al-Baghawi yang menyatakan bahwa larangan tersebut termasuk masalah ta'abbudiyyah mutlak yang tidak dapat diketahui makna dan alasannya.

Saya katakan, "Al-Baghawi tidak menggolongkan larangan tersebut ke dalam bab ta'abbudiyyah mutlak, namun menggolongkannya termasuk bab ta'lil nabawi (penyebutan 'illat) yang tidak diketahui hakikatnya. Sebab, termasuk pengabaran perkara ghaib. Beliau berkata dalam kitab Syarhus Sunnah (III/330), "Rasulullah saw. telah menyebutkan 'illat larangan shalat saat matahari terbit dan terbenam dalam hadits 'Amr bin 'Abasah, yakni disebabkan matahari pada saat itu berada di antara dua tanduk syaitan. Dan Rasulullah saw. juga menyebutkan larangan shalat pada saat tengah hari, karena pada saat itu Neraka Jahannam dinyalakan dan dibuka pintu-pintunya.

Illat seperti ini dan sejenisnya tidak dapat diketahui hakikat maknanya. Kewajiban kita hanyalah mengimaninya dan membenarkannya serta tidak membahasnya terlalu dalam. Kemudian, kita wajib memegang teguh hukum-hukum yang berkaitan dengannya."

Sebagian ulama ada yang membolehkan shalat pada waktu tengah hari di hari Jum'at. Mereka menyebutkan beberapa hadits dha'if, misalnya hadits Abu Qatadah dari Rasulullah saw, bahwa beliau membenci shalat pada waktu tengah hari kecuali hari Jum'at. Karena Neraka Jahannam dinyalakan setiap hari pada saat itu, kecuali hari Jum'at," (Dhaif, HR Abu Dawud [1083] dan al-Baihaqi [11/464]).

Inilah. pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, hanya saja sandaran beliau bukanlah hadits dha'if di atas, namun yang menjadi sandaran beliau adalah siapa saja yang menghadiri shalat Jum'at, dianjurkan agar mengerjakan shalat sunnah hingga khathib/imam keluar. Oleh sebab itu, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan dalam kitab Zaadul Ma 'aad (1/378-388), Itulah pendapat yang dipilih oleh guru kami, Abul 'Abbas Ibnu Taimiyyah, sandaran beliau bukanlah hadits yang diriwayatkan oleh Laits, dari Mujaahid, dari Abul Khalil, dari Abu Qatadah, dari Rasulullah saw. Namun, sandaran beliau adalah siapa saja yang menghadiri shalat Jum'at, dianjurkan agar mengerjakan shalat sunnah hingga khathib/imam keluar. Dalam hadits shahih disebutkan, "Tidaklah seorang lelaki mandi pada hari Jum'at, lalu bersuci sebersih-bersihnya, meminyaki rambut atau memakai wewangian yang dimilikinya, kemudian berangkat (ke masjid) dan tidak menceraiberaikan shaf, kemudian ia mengerjakan shalat sunnah yang mampu ia kerjakan, kemudian ia diam apabila imam telah memulai khutbah, melainkan akan diampuni dosanya antara Jum'at ke Jum'at berikutnya," (HR Bukhari).

Oleh sebab itu sejumlah Salaf, di antaranya 'Umar bin al-Khaththab r.a. dan diikuti oleh Ahmad bin Hanbal menyatakan, "Keluarnya imam berarti larangan shalat, dan khutbahnya berarti larangan berbicara."

Penyebab larangan shalat menurut mereka adalah keluarnya imam, bukan karena waktu itu adalah tengah hari.
4. Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat Shubuh atau shalat 'Ashar sebelum matahari terbit atau terbenam, maka ia telah mendapati shalat (pada waktunya). Hendaklah ia menyempurnakan shalatnya karena ia telah mendapati waktunya. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah bersabda, "Barangsiapa mendapati satu raka'at shalat Shubuh sebelum matahari terbit, berarti ia telah mendapati shalat Shubuh (pada waktunya). Dan barangsiapa mendapati satu raka'at shalat 'Ashar sebelum matahari terbenam berarti ia telah mendapati shalat 'Ashar (pada waktunya)," (HR Bukhari [579] dan Muslim [609]).

Jadi, jelaslah bahwa larangan mengerjakan shalat pada waktu matahari terbit dan terbenam khusus bagi shalat-shalat sunnah, bukan shalat fardhu pada hari itu, wallaahu a'lam. Barangsiapa mengklaim bahwa hadits-hadits larangan tersebut menghapus hukum hadits Abu Hurairah di atas dan hadits-hadits lain yang khusus seperti hadits 'Ali yang baru lalu, maka pendapatnya itu sungguh keliru. Karena makna umum sebuah dalil tidak dapat menghapus makna khusus dalil lain, sebagaimana makna mutlak tidak dapat menghapus makna muqayyad. Akan tetapi, makna umum dan makna mutlak tersebut dibawakan kepada makna khusus dan makna muqayyad. Dan tidak syak lagi, takhshish atau taqyid (yakni mengkhususkan makna umum dan membatasi makna mutlak) lebih baik daripada menasakhkannya, wallaa.hu a'lam.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/353-364.
READ MORE - waktu terlarang sholat

Tuesday, March 3, 2009

Qiyamul laiL atau sholat malam

Menghidupkan malam dengan Qiyamul laiL atau sholat malam
wahai saudaraku-semoga Allah SWT meneguhkan kita di atas jalan-Nya yang lurus-suatu ketika Rosululloh SAWmengatakan kepada seorang sahabatnya yang bernama Robi'in bin Ka'ab al-islami RA:"wahai Ka'ab mintalah kepadaku" lantas dengan polos dia menjawab:"wahai Rosululloh SAW, aku ingin bisa menemani enkau di surga" maka Rosululloh SAW bertanya lagi kepadanya:"adakah selain itu?" maka ia menjawab lagi:"wahai Rosululloh SAW, hanya itu permintaanku" kemudia Rosululloh SAW menjawab:"wahai Ka'ab bantulah aku dengan memperbanyak sujud" (HR. Muslim 489). imam an-nawawi RA berkata:"yang dimaksut memperbanyak sujud adalah memperbanyak sholat"
sholat sunnah mempunyai peranan penting ketika hari penghitungan amal nanti. ia berperan sebagai penyempurna bagi kewajiban-kewajiban yang kita lalai dalam menunaikannya. sholat sunnah banayak sekali ragamnya tetapi yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam (qiyamul lail). karena begitu penting dan utamanya, Allah SWT menyebutkan dibanyak tempat dalam kitab-Nya. wahai saudaraku yang kucintai, pada edisi kali ini kita akan membahas tentang sholat malam, dengan berharap semoga kita termasuk hamba-hamba Allah SWT yang menghidupkan malam-malam-Nya dengan sujud dan berdiri dalam rangka mencari ridho Allah SWT. semoga bermanfaat

Hukum, Waktu dan jumlah roka'at sholat malam
hukum sholat malam adalah sunnah muakad. waktunya dimulai setelah sholat isya' sampai dengan sebelum waktu subuh. boleh dikerjakan diawal waktu, tengah, maupun akhir waktu. akan tetapi, waktu yang paling utama adalah sepertiga malam yang terakhir dimana pada waktu itu tidaklah bangun untuk mengerjalan ibadah kepada Allah SWT kecuali sangat sedikit. dan pada waktu itulah Allah SWT turun ke langit dunia seraya berkata:"Aku adalah raja, barang siapa yang berdoa kepada-Ku maka akan aku kabulkan doa'nya, dan barang siapa meminta kepada-Ku maka akan Aku beri, dan barang siapa minta ampun kepada-Ku maka akan Kuampuni dosa-dosanya" (HR. al-Bukhori 1145). sedangkan jumlah rokaatnya, paling sedikit adalah satu rokaat berdasarkan sabda Rosululloh SAW:"sholat malam adalah dua rokaat (salam) dua rokaat (salam). apabila salah seorang diantara kamu kawatir akan datangnya waktu subuh maka hendaklah dia sholat satu rokaat sebagai witir baginya" (HR. al-Bukhori 990, Muslim 749). dan yang paling sering dikerjakan Rosululloh SAW adalah 11 rokaat berdasarkan perkataan Aisyah RA:"tidaklah Rosululloh SAW sholat malam pada bulan romadhan ataupun bulan yang lainnya lebih dari 11 rokaat" (HR. al-Bukhori 1140, 1147 dan muslim 738). akan tetapi, jumhur (mayoritas) ulama salaf (terdahulu)dan kholaf(belakangan) berpendapat akan bolehnya sholat malam lebih dari 11 rokaat. oleh karena itu, al-Qodhi 'Iyadh RA berkata :"tidak ada khilaf (perbedaan pendapat ulama) bahwasanya tidak ada batasan, tidak boleh lebih ataupun kurang dari itu. karena sholat malam termasuk salah satu bentuk ketaatan yang makin bertambah jumlahnya makin banyak pula pahalanya. khilaf itu terjadi hanya pada perbuatan nabi SAW dan apa yang beliau pilih untuk dirinya. (shohih Fiqhis sunnah kar. abu malik kamal bin sayyid salim 1/414)

TATA CARA MENGERJAKANYA
sholat ini boleh dikerjakan 2 rokaat salam, 2 rokaat salam, dan diakhiri dengan 1 rokaat witir. dan boleh juga dikerjakan 4 rokaat salam, 4 rokaat salam, dan ditutup 3 rokaat witir, atau dengan cara yang lainnya. akan tetapi, yang lebih utama 2 rokaat salam, 2 rokaat salam sebagaimana hadist riwayat Imam al-Bukhori dan Imam Muslim diatas.

ADAB-ADAB MENGERJAKAN SHOLAT MALAM
di antara adab-adab mengerjakan solat malam adalah
1. bersiwak atau menggosok gigi sebelum mengerjakannya. (HR. al-Bukhori 246, Imam Muslim 255)
2. memulainya dengan 2 rokaat yang rigan, karena hal ini bisa menambah giat dan semangat untuk rokaat-rokaat berikutnya. dan jikalau tidak dimulai dengan 2 rokaat yang ringan tidak apa-apa. (HR. Muslim 767)
3. boleh mengerjakannya dengan berdiri, duduk, atau berdiri dan duduk. (HR. al-Bukhori 118, Imam Muslim 735)
4. kadang membaca dengan jahr (suara keras) dan kadang dengan sirr (suara lirih) (HR. Imam Muslim 307)
5. membangunkan keluarga untuk mengerjakan Qiyamul lail (HR. abu daud 1308, dishohihkan al-Abani dalam shohih al-Jami 3488)
6. berbaring sebentar setelah Qiyamul lail dan sebelum fajar, supaya ada pemisah diantara keduanya. selain itu akan menambah semangat dan kesegaran untuk menjalakan sholat subuh. (HR. Bukhori 1146)
7. dibenci bila meninggalkannya bagi orang yang sudah terbiasa mengerjakannya.

KEUTAMAAN QIYAMUL LAIL
sebenarnya banyak sekali nash-nash baik dari al-quran maupun hadist yang menjelaskan keutamaan sholat ini akan tetapi kami hanya bisa menyebutkan beberapa saja. mudah-mudahan bisa menjadi motivator (pendorong) kita untuk lebih giat menghidupkan malam-malam kita dengan Qiyamul Lail. diantara keutamaan itu adalah:
1. Qiyamul lail merupakan ciri khas hamba-hamba Allah SWT yang bertaqwa (baca surat al furqon 25:63-64, as-Sajdah 32:15-17, adz-Dzariyat 51:15-18)
2. akan disediakan baginya surga yang didalamnya ada ruangan yang luarnya bisa terlihat dari dalam dan dalamnya bisa terlihat dari luar. (HR. Ibnu Hibban 509, dan di shohihkan al-Albani dalam shohih al-Jami 2123)
3. Qiyamul lail adalah ibadah sholat yang paling utama setelah sholat fardhu (HR. Muslim 1163)
4. penghapus dosa dan kesalahan. (HR. at-Tirmidzi 2612, dan di shohihkan al-Albani dalam shohih wa Dho'if al-Jami 7258)
meninggikan derajad surga (HR. Muslim 488)

KIAT KIAT UNTUK QIYAMUL LAIL
1. berusaha untuk tidur siang dan tidur di awal malam. jangan begadang malam yang tidak bermanfaat dan akhirat kita. serta bertekadlah yang kuat untuk bangun malam.
2. hilangkan dari benak kita perasaan sulit dan berat, karena anggapan tersebut bisa melemahkan semangat kita. mulailah secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan tingkat kemampuan kita. jangan langsung memaksakan diri melakukan qiyamul lail sampai kaki bengkak seperti Rosululloh SAW. jangan pula sholat dengan membaca tiga juz penuh dalam satu rokaat kalau memang belum yakin mampu. mulailah dengan yang mudah-mudah saja. bangun setengah jam sebelum subuh lalu sholat dua rokaat. tidak perlu memaksakan diribangun jam dua pagi, sholat berlama lama, dan menghafalkan doa-doa yang biasa di baca oleh Rosululloh SAW pada saat Qiyamul lail. jangan lakukan terlebih dulu, simpan semua cita-cita luhur itu dan mulailah membuat sebuah langkah kecil. kecil tapi konsisten, insya Allah akan lebih di sukai Allah SWT.
3. lihatlah kisah kisah salaf dalam mengerjakan qiyamul lail baik dalam keadaan sehat maupun sakit, waktu tidak dalam perjalanan maupun ketika sedang safar. dengan mengetahui kisah-kisah merekahati kita akan tergugah dan terketuk untuk meniru mereka.
4. kurangilah banyak tertawa, senda gurau, dan banyak mengobrol kesana kemari tak tentu arah karena hal itu bisa melalaikan hati akan membuatnya keras bahkan mematikannya.
5. gunakan alarm serta berpesanlah pada teman atau keluarga kita auntuk membangunkan kita pada waktu yang kita inginkan.
6. doa merupakan senjata kaum muslimin. maka berdoalah kepada Allah SWT supaya membantu kita dalam qiyamul lail karena tidak ada daya dan upaya tanpa bantuan dan pertolongan Allah.
READ MORE - Qiyamul laiL atau sholat malam

Sunday, February 8, 2009

menyikapi pemimpin yang zalim

menyikapi pemimpin yang zalim
para pemimpin yang adil dan bijaksana adalah dambaan kita semua. namun, apakah yang terjadi bila pemimpin kita adalah orang yang zalim dan semena-mena? berbagai macam respon (tanggapan) muncul dari masyarakat kita ketika menghadapai ujian ini. ada yang berdiam diri saja tanpa adanya empati (perhatian), disisi lain ada juga yang beramai-ramai mengadakan aksi unjuk rasa yang terkadang menuju kepada pihak anarkis (kekerasan). ahlu sunnah sebagai orang yang terbaik dalam berinteraksi kepada Allah SWT dan sesama manusia, harus mempunyai sikap dalam menghadapi cobaan ini. lantas bagaimanakah sikap mereka? untuk kita kami mencoba menghadirkan tulisan ini ke hadapan saudara pembaca agar kita semua bisa meneladani sikap yang diwariskan oleh para pendahulu kita yang sholeh, lantaran "tidak akan bisa baik akhir umat ini kecuali dengan hal yang bisa membuat baik generasi awalnya." Wallohu Waliyyuttaufiq.

Hukum asal ketaatan kepada pemimpin
Allah SWT berfirman:"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu..... (QS. An Nisa [4]:59)
Rosulullah SAW bersabda dalam hadist Hudzaifah bin Al-Yaman RA"akan ada sepeninggalku nanti para pemimpin, mereka tidak memakai petunjukku, tidak pula sunnahku, dan akan ada nanti diantara mereka sekelompok orang yang berhati setan namun bertubuh manusia." Hudzaifah RA bertanya "Wahai Rosulullah, bagaimanakah sikapku bila aku jumpai hari itu?" Rasululloh SAW menjawab "taatilah amir (pemimpin) walau punggungmu dipukul, hartamu diambil, maka tetap taatlah." (HR. Muslim :1847)
akan tetapi, ketaatan ini harus dengan syarat tidak bertentangan dengan perintah syari'at. jika bertentangan maka syariat'atlah yang harus diutamakan. berdasarkan hadist riwayat al-Bukhori RA dalam kitab shohih beliau no.7145 "ketaatan dalam perkara yang baik" imam an-Nawawi RA berkata "Ulama bersepakat bahwa ketaatan bagi penguasa hukumnya wajib bila bukan dalam hal maksiat. mereka juga bersepakat bahwa tidak ada lagi ketaatan bila dalam hal maksiat" (Syarah shohih muslim 12/532)

Hal yang perlu diketahui
saudaraku, mungkin sebagian dari kita masih belum mengetahui ada apa sebenarnya dibalik sikap zalim para penguasa terhadap rakyatnya? ternyata, sebab zalimnya penguasa bersumber dari kemaksiatan yang dilakukan oleh rakyat itu sendiri sebagai bentuk balasan dari Allah SWT atas mereka. Allah SWT berfirman "dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" QS. As-syuro 42:30
dari Qotadah RA beliau berkata "Bani isroil pernah berkata :'Wahai Robb kami, engkau di langit dan kami di bumi, lantas bagaimanakah kami tahu riho dan murka-Mu' Allah berkata :'jika aku ridho akan kujadikan pemimpin kalian dari orang-orang yang terpilih, dan bila aku murka akan kujadikan orang-orang yang jelek dari kalian sebagai pemimpin." (Diriwayatkan oleh ad-Darimi dalam naqdhu ustman bin sa'id:303) oleh karenanya, kita harus memperbaiki diri, memperbanyak taubat dan istighfar sebab kezaliman tersebut sebenarnya hanya merupakan bentuk peringatan Allah SWT kepada kita.

Di antara sikap para pendahulu kita
stop demonstrasi! sungguh banyak hadist yang memerintahkan kita untuk bersabar tatkala penguasa berbuat zalim. Rosulullah SAW memerintahkan kita agar tetap mengingkari apa yang tidak baik dari penguasa tadi (secara lisan atau hati) serta tetap memberikan nasihat dengan cara yang tertutup yang diharapkan dengannya bisa diterima. ulama salaf-yang mewarisi para nabi- juga melakukan hal yang sama ketika menghadapi situasi semisal diatas. diantara mereka adalah
1. Al-Fudhoil in iyadh RA, beliau mengatakan "anda aku mempunyai doa yang mustajab (pasti terkabul) tentu aku akan memperuntukannya bagi penguasa." "wahai abu ali, coba terangkan maksudmu kepada kami,""tanya para sahabatnya. Al-Fudhoil meneruskan "bila aku berdoa untuk diriku maka kebaikan tidak akan sampai pada orang lain, namu bila aku berikan untuk penguasa lalu ia menjadi baik maka akan menjadi baiklah rakyat dan negeri." (Syarhu as-sunnah kar.imam al-Barbahari:114)
2.Hasan al-Bashri RA tatkala didatangi oleh sekelompok orang yang menanyakan perihal sikap mereka pada waktu terjadinya tragedi Yazid bin al-Muhallab, beliau memerintahkan agar mereka semua diam dirumah dan mengunci pintu rapat-rapat. setelah itu beliau berkata "demi Allah, seandainya manusia sabar bila di uji dengan para pemimpinnya (zalim), niscaya tidak lama lagi Allah akan mengangkat cobaan tadi dari mereka. namun mereka akan langsung menyikapinya dengan pedang maka mereka pun dikuasai oleh pedangnya. dan demi Allah, sungguh tidaklah mereka mendatangkan hal yang lebih baik saat ini" (asy-syariah kar. imam al-ajurri, nukilan dari mu'amalatul hukkam kar. Abdus salam barjas :64)
3. Imam ahmad bin Hanbal RA, yang sikap beliau mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita-kita (lihat dalam Ushul as-sunnah karangan beliau poin yang ke 33-34)
dalam satu hal penting lagi bahwa keyakinan untuk bersikap seperti ini telah menjadi kesepakatan AAhlus sunnah wal-jamaah dari dahulu hingga kini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam an-Nawawi RA diatas. bila anda membuka hampir seluruh literatur klasik yang membahas tentang aqidah, niscaya anda akan dapati ternyata sikap yang ditunjukan mereka adalah sama dan satu.

Diantara syubhat yang ada
1. sikap yang ditunjukan ahlus sunnah seakan lembek, dan tidak berefek
2. pemberontakan abdurrohman bin Asy,ats, dan sa'id bin jubair pada zaman tabi'in.
3. hadist Rosul SAW hanya untuk pemimpin yang menegakkan syari'at islam seperti pada zaman dahulu

Jawaban
1. tidak ingatkah kita tentang sabda Rosululloh SAW bahwa segala sesuatu apabila disertai kelembutan (bukan Lembek) akan menjadi indah? apakah memang benar sikap yang ditunjukan oleh ahlus sunnah ini tidak ada pengaruhnya? kalaulah benar, apakah semua yang tampaknya berefek namun tidak sesuai dengan syari'at lantas menjadi benar dan harus ditakuti? jika demikian niscaya hilanglah tujuan kita yang utama dalam beragama itu sendiri, yaitu mengikuti Rosululloh SAW dalam semua perilaku, ucapan, dan sikapnya dalam beribadah kepada Allah SWT.
2. memang benar, dahulu dua tokoh tersebut mengadakan pemberontakan terhadap al-Hajjaj bin Yusuf, namun kita perlu menyimak penjelasan imam an-Nawawi RA berikut "Qodhi 'iyadh berkata: "permberontakan ini terjadi sebelum adanya kesepakatan antara ulama bahwa tidak boleh memberontak atas mereka (penguasa)" (syarah muslim kar. imam an-Nawawi: 12/541) dan kalaulah ijma' ini tidak dapat diterima maka kedua tokoh diatas atau yang selainnya bukanlah orang maksum (terjadi dari dosa) yang wajib diikuti.
3. ini harus dikembalikan kepada definisi negara islam iru seperti apa. juga apa yang diinginkan dari istilah menegakkan syaria'at. apakah semisal rajam dan potongan tangan? kalau ini yang diinginkan maka perlu ditinjau ulang. sebab yang ada, Rosululloh SAW hanya memberi batasan ketaatan selama penguasa tidak menampakkan kufur yang yang nyata(bukan karena takwil) dan dia juga masih menegakkan sholat.

Sebuah renungan
saudara pembaca yang semoga selalu dirahmati Allah SWT, ketahuilah sesungguhnya tidak ada perintah yang baik melainkan perintah Allah SWT dan Rosul-Nya. bila kita melihat kekejaman dan sikap semena-mena pemimpin maka sikap yang paling bagus adalah sikap yang telah Allah SWT dan Rosul-Nya perintahkan kepada umat ini, tidak yang lainnya. maka siapa saja yang merasa bahwa ada sikap yang lebih cocok daripada apa yang telah Allah SWT dan Rosul-Nya tunjukan, ketahuilah bahwa keadaan orang ini sama dengan apa yang telah digambarkan aleh Allah SWT dalam surat al-baqoroh 2/61 tentang bani isroil: "....Musa berkata:"Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?... " Wallahu alam
READ MORE - menyikapi pemimpin yang zalim

Sunday, February 1, 2009

Masuk surga tanpa Hisab dan Adzab

Masuk surga tanpa Hisab dan Adzab
anda ingin Masuk surga tanpa Hisab dan Adzab? pertanyaan ini sekiranya kita lontarkan kepada setiap insanm niscaya serta mertas mereka akan mengatakan "Ya" sebagai jawabanya. siapakah gerangan orangnya yang tidak ingin masuk surga tanpa hisab dan adzab? tentu semua orang menginginkannya sebab kita semua tahu bahwa nereka adalah tempat yang sangat jelek dan pemandangan di dalamnya mengerikan serta siksaannya pun begitu dahsyat dan menakutkan. sekalipun hanya sebentar, seorang manusia pasti akan menolak kalau dimasukkan kedalamnya. lantas bagaimanakah caranya agar kita dapat masuk surga tanpa hisab dan adzab? apakah tingginya kedudukan di dunia dan banyaknya harta yang dimiliki oleh seorang hamba dapat menjadi jaminan baginya? untuk menjawabnya simaklah pembahasan berikut ini. Allohul musta'an

Tauhid kunci utama masuk surga
wahai saudaraku -semoga Allah SWT senantiasa merahmatimu- ketahuilah bahwasanya tauhid itu memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat. oleh karena itu tatkala Rosululloh SAW diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya, beliau memulai dakwahnya dengan tauhid. demikian pula ketika Beliau menguutus para sahabatnya untuk berdakwah, maka beliau berpesan dan mengajarkan kepda mereka agar memulai berdakwah mereka dengan tauhid. Allah menurunkan kitab-kitab-Nya serta menciptakan jin dan manusia juga karena tauhid. memang tauhid adalah kunci utama bagi setiap hamba yang mendambakan surganya Allah Ta'ala. barang siapa mewujudkan tauhid secara nyata, niscaya ia akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.
Syaikh muhamad bin sholih al-utsaimin RA menjelaskan bahwa arti mewujudkan tauhid secara nyata adalah membersihkan dari syirik, dan ini tidak terjadi kecuali dengan tiga hal:
1. Mengilmu (memahami) tauhid
sebab orang tidak akan dapat mewujudkan sesuatu secara nyata sebelum ia memahaminya. sebab itu, ia harus mengetahui gambaran tauhid secara jelas dengan cara mengilmui (memahami)nya. lihat (Qs. Muhammad [47]:19)
2. Meyakini (kebenaran) tauhid
maknanya, jika orang sudah memahami tetapi tidak meyakini dan bahkan sombing berarti ia tidak mewujudkan tauhid secara nyata. Allah SWT berfirman tentang perkataan orang kafir:"Mengapa ia menjadikan Tuhan-Tuhan itu Tuhan yang satu saja? sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan." (QS. Shod [38]:5)
3. Patuh apabila seseorang sudah memahmi tauhid dan sudah meyakininya namun tidak mau patuh berarti ia tidak mewujudkan tauhid secara nyata. lihat QS. As-Shoffat [37]:35-36

jika ketiga hal tadi telah terwujud dan terbukti secara nyata pada seseorang (secara umum) maka masuk surga tanpa hisab menjadi jaminan baginya. dan kita tidak lagi mengatakan insya Allah sebab hal ini sudah menjadi ketetapan hukum yang jelas menurut syari'at. adapun terhadap seseorang tertentu (secara khusus dengan disebutkan personnya) maka kita katakan insya Allah. Lihat Al-qoulul mufid 'Ala kitabi at-tauhid kar. Ibnu Utsaimin: 1/85-86

Kabar dari Rosululloh SAW
Wahai saudaraku, sahabat yang mulia Abdullah bin abas RA telah meriwayatkan bahwa Rosulullah SAW bersabda:"Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat. maka aku melihat seorang nabi disertai oleh beberapa orang, aku juga melihat nabi hanya disertai satu orang, ada lagi yang disertai dua orang, dan ada juga yang tidak disertai seorangpun. tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sejumlah orang besar, aku mengira mereka adalah umatku, ternyata dikatakan kepadaku:" ini adalah musa dan kaumnya, akan tetapi lihatlah kearah ufuk. maka aku melihat, ternyata ada sejumlah banyak orang, kemudian dikatakan kepadaku:"lihatlah ke ufuk yang lain." maka akupun melihat, ternyata (disana) ada sejumlah besar manusia. maka dikatakanlah kepadaku:"Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab." kemudian Rosululloh SAW bangkit dan masuk kerumahnya. maka orang orang ramai membicarakanmereka yang masuk surga tanpa hisab dan azdab. sebagian sahabat ada yang berkata:"Barangkali mereka adalah orang-orang yang menjadi sahabat Rosululloh SAW:" sebagian lagi ada yang mengatakan:"Barangkali mereka adalah orang-orang yang dilahirkan didalam masa islam dan tidak menyukutukan Allah SWT" begitulah mereka menyebutkan banyak kemungkinan. kemudian Rosululloh SAW keluarmenemui mereka seraya bersabda:"apa yang sedang kalian perbincangkan?" para sahabat menceritakan perbincangan mereka. maka Rosululloh SAW bersabda:"mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah (jampi), tidak meminta di-Kayy, tidak ber-tathoyyur, dan mereka bertawakal hanya kepada Robb mereka." lalu ukasyahbin mihson RA berdiri dan berkata:"(Ya Rosululooh) mohonkanlah kepada Allah SWT agar dia menjadikan saya termasuk dalam golongan mereka" beliau menjawab:"Engkau termasuk mereka." kemudia berdirilah seorang yang lain dan berkata:"(wahai Rosululloh) do'akanlah kepada Allah SWT agar menjadikan saya termasuk mereka." Rosulloh menjawab:"kamu sudah didahului Ukasyah" (HR. al-bukhori:6541 dan muslim:220)
dan dalam hal yang sama imam ahmad dan iman al-baihaqi meriwayatkan hadist yang bersumber dari sahabat abu hurairah RA dengan lafazh""maka saya minta tambah kepada Robbku, kemudian Allah SWT memberi saya tambahan setiap seribu orang itu membawa tujuh puluh ribu orang lagi." Al-hafizh ibnu hajar RA berkata mengomentari sanad hadist ini:"Sanadnya jayyid (bagus)." (Fathul Bari:11/410)

Agar bisa masuk surga tanpa hisab dan adzab
wahai saudaraku, telah kami jelaskan diatas tadi bahwa golongan yang masuk surga tanpa hisab dan adzab adalah mereka yang telah berhasilmerealisasikan tauhid secara bersih dan nyata dalam kehidupannya. dan etrmasuk bentuk realisasi tauhid adalah bersikap hati-hati terhadap hal-hal yang mungkin dapat merusak tauhid. mereka itu adalah orang-orang yang:
1. Tidak minta di-Ruqyah
Ruqyah artinya memberikan pengobatan dengan cara membacakan ayat Al-quran kepada yang sakit atau kerasukan jin, dan boleh dilakukan dengan disertai memberikan semburan ludah pada tempat yangterkena gigitan binatang berbisa atau yang lainnya. Syaikhul islam ibnu taimiyah RA menjelaskan bahwa mustarqi (Orang-orang yang meminta di ruqyah adalah orang yang minta diobati, dan hatinya sedikit berpaling kepada selain Allah SWT. hal ini akan mengurangi nilai tawakalnya kepada Allah SWT sedangkan ar-roqi (orang yang meruqyah) adalah seorang yang muhsin (murah hati) atau orang yang hanya ingin berbuat baik dan memberi manfaat kepada saudaranya. (HR. Muslim:2199 majmu' fatawa 1/182,328)
2. Tidak minta di-Kayy
Kayy adalah menempeli luka dengan besi yang dipanaskan. tidak minta di-kayy maknanya adalahmereka tidak meminta kepada orang lain untuk meng-kayy sebagaimana mereka tidak minta di ruqyah. mereka menerima qodho'(ketentuan) dan menikmati musibah yang menimpa mereka. hukum kayy itu sendiri dalam islam tidak dilarang. islam membolehkan selama tidak menjadi pilihan pertama. hanya, seorang yang tidak minta di-kayy itu menunjukan akan kesempurnaan tawakalnya kepada Allah SWT.
3. tidak melakukan Tathoyyur
Tathoyyur adalah beranggapan sial (merasa pesimis) berdasarkan burung-burung, suara burung-burung, arah terbangnya burung, atau berdasarkan tempat-tempat tertentu, lafazh-lafazh tertentu, hari-hari tertentu, angka-angka tertentu,bulan-bulan tertentu, dan seterusnya. ini bathil menurut islam karena termasuk syirik
4. mereka bertawakal kepada Allah
ini yang paling utama, seseorang harus bertawakal hanya kepada Allah SWT. insya Allah dengan tawakal yang utuh, tauhis akan dapat terwujud secara bersih dan nyata. dan ketahuilah bahwa makna hadist di atas tidak menunjukan bahwa mereka tidak mencari sebab sama sekali. karena mencari sebab (supaya sakitnya sembuh) termasuk fitrah dan sesuatu yang tidak terpisahkan darinya. mereka meninggalkan perkara-perkara makruh walaupun mereka sangat butuh dengan cara bertawakal kepada Allah SWT. seperti kayy dan ruqyah, mereka meninggalkan hal itu karena termasuk sebab yang makruh. apalagi perkara haram.

adapun mencari sebab yang bisa menyembuhkan penyakit dengan cara yang dimakruhkan, maka hal itu tidak membuat cacat dalam tawakal. dengan demikian kita tidaklah meninggalkan sebab-sebab yang di syari'atkan sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang bersumber dari abu hurairah RA bahwa Rosululloh SAW bersabda:"Todaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit melainkan (Dia pun) menurunkan obat ubtuknya, ada yang mengetahui obat itu dan ada (pula) yang tidak mengetahuinya." HR. al-bukhori: 5678 dan ahmad:1/377)
beliau SAW juga bersabda:'wahai hamba-hamba Allah SWT, berobatlah kalian. sesungguhnya Allah SWT tidaklah menimpakan sesuatu melainkan dia telah meletakkan obat baginya, kecuali satu penyakit saja, yaitu pikun." HR. Ahmad:4/278, Abu dawud:3855, dishohihkan syaikh al-Albani dalam shohih sunan abu dawud:2/461) Wallohu A'lam
READ MORE - Masuk surga tanpa Hisab dan Adzab

Thursday, January 29, 2009

Sunnah yang terasingkan

Sunah yang terasingkan
Hidup pada zaman akhir adalah sebuah tantangan bagi seorang muslim. bagaimana tidak, kaum muslimin dituntut untuk selalu konsisten dengan ajaran agama yang asli. namun disisi lain, mereka harus menghadapi kenyataan yang sangat tidak enak, yaitu zaman terasingnya sunnah persis seperti yang telah disabdakan Rosululloh SAW semenjak lima abad yang lalu. hampir disetiap tempat, kaum muslimin konsisten dengan ajaran agamanya merasa tertekan akibat keterasingan sunnah ini. label, cap, atau julukan yang jelek seakan sudah biasa disematkan pada mereka oleh orang umum. bagi mereka yang tidak tahan dengan tantangan ini mungkin akan putus ditengah jalan dan kembali pada kesesatan. oleh karena itu, kami mencoba mengetengahkan pembahasan ini dihadapan sidang pembaca sebagai motivator(pendorong) dalam berpegang teguh diatas sunnah yang kian terasing ini. Wallahul-Muwaffiq.

Kabar dari Rosululloh SAW
seorang muslim hendaklah tenang dan tidak kaget menghadapi ujian ini karenapada hakikatnya ia hanya sedang menjalani sunnatulloh yang sedang berlaku. lima belas abad yang lalu Abu Hurairah Ra menceritakan bahwa Rosulullah SAW pernah bersabda:
"Sesungguhnya islam dimulai dengan keterasingan dan kelak ia akan kembali asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing." (H.R Muslim:145)
dalam riwayat yang lain Nabi SAW pernah mengatakan:"akan datang suatu zaman (yang pada saat itu) orang yang sabar diatas agamanya semisal orang yang memegang bara." (H.R Tirmizdi: 2260, di shohihkan oleh Syaikh al-albani dalam silsilatul Ahaddits ash-shohihah: 957)
Siapa "Orang Asing" yang dimaksut?
setelah kita tahu bahwa diantara sifat orang-orang yang beruntung adalah asing dan berjumlah sedikit, lantas apakah setiap ada orang asing atau tampil beda langsung kita masukkan kedalam kategori hadist diatas? tidak, namun orang yang dimaksut dalam hadist ini adalah seperti apa yang telah shohoh diriwayatkan dari rosululloh SAW:"kaum sholih yang berjumlah sedikit, ditengah-tengah komunitas(kumpulan) jelek yang mayoritas (banyak). yang menentang mereka lebih banyak daripada orang yang patuh."

Macam macam keterasingan
Ibnu qoyyim RA berkata:"keterasingan terbagi menjadi tiga macam:
1. keterasingan Ahlusunnah diantara semua manusia
inilah keterasingan yang dipuji aleh Allah SWT dan Rosul-Nya sebab Rosululloh SAW telah mengabarkan hal inidalam hadist beliau.
1. keterasingan yang tercela
yaitu asingnya kebatilan diantara pengikut kebenaran, walaupun mereka banyak mempunyai pengikut namun mereka asing, tidak dikenal oleh penduduk langit.
3. keterasingan yang masuk didalamnya muslim dan kafir, tidak terpuji juga tidak tercela
semisal asingnya seseorang yang jauh dari kampunynya. semua orang yang hidup didunia ini adalah asing. Rosululloh SAW sendiri pernah mengatakan didalam hadist yang shohih:"jadilah engkau disunia ini seperti orang asing (pengembara)." (Madarijus salikin:3/203-209 - dengan ringkas) sebab itu, bergembiralah wahai saudaraku yang asing. anda semua mungkin asing didunia... namun ketahuilah, hakikatnya anda adalah orang yang terkenal dilangit.

bukti keterasingan
dewasa ini, khususnya di negara kita, fenomena keterasingan sunnah sangat tampak dimana-mana. ada banyak contoh yang bisa kita dapati. akan tetapi, dalam lembar buletin yang terbatas ini kami cantumkan dua saja.
1. masalah pakaian.
kaum wanita pada umumnya sudah tidak mengenal pakaian syar'i model apakah yang seharusnya mereka gunakan. ada yang keterlaluan membuka bagian tubuh yang seharusnya tertutup kain. tetapi anehnya, bila ada wanita yang menutup seluruh tubuh dan wajahnya maka ia akan menjadi sasaran gunjingan dan bahan obrolan. pria juga tidak mau kalah, mereka kebablasan mengulurkan celana hingga menutupi mata kaki sehingga bila ada yang meninggikan celananya diatas mata kaki saja langsung dicemooh sebagai orang yang kurang kain saja. keadaan yang serba terbalik ini sudah kita bersama.
2. masalah jenggot bagi kaum lelaki
banyak orang yang mengatakan bahwa orang yang berjenggot identik dengan kejahatan, terorisme, atau seperti kambing. tetapi tahukahkita bahwa memelihara jenggot itu sendiri adalah perintah dan sunnah Rosululloh SAW.

Jangan bersedih karena kita tidak sendiri!!
banyak orang yang konsisten diatas jalan sunnah merasa amat tertekan oleh keterasingan ini. pada akhirnya mereka yang tidak kuat lantas kembali lagi pada keadaanya semuala (jelek). padahal kalau kita menengok sejarah, sungguh akan dijumpai orang yang senasib sepenanggungan dengan kita. lihatlah diri Rosululloh SAW, bagaimana awalnya Beliau mendapat wahyuuntuk mendakwahkan agama islam ini. seperti apa reaksi kaumnya? tidak lain, mereka langsung berpaling. mengucilkan dan meninggalkan beliau sendiri serta menghinanya dengan kata-kata yang kasar. tahukah and tentang penderitaan khobbab bin al-arot dan bilal bin Robbah RA, dua orang mantan budak yang harus rela mendapatkan berbagai siksaan dari majikannya yang masih musyrik demi mempertahankan agamanya yang mereka yakini kebenarannya? dan ingatlah kembali akhir kisah keluarga yasir RA yang sahid bersama istri demi memperjuangkan agama ini. saudaraku, sungguh demi Allah, jika kita melihat perjalanan orang semisal mereka maka kita akan malu dan tahu bahwa masih ada orang yang lebih tertekan dan menderita juga tersiksa daripada yang kita alami.

Bersabarlah, ini hanya semantara.
saudaraku yang asing, bersabarlah atas keterasingan ini. genggam erat terus bara sunnah inihingga dirimu tidak merasakan panasnya lagi. mengapa demikian? ingatlah, kita hidup di dunia ini hanya sementara. oleh karena itu mari perhatikan bersamaku janji Allah SWT bagi mereka yang memegang barasunnah ini dengan sangat erat dan mengacuhkan pandangan miring manusia terhadapnya. Rosululloh SAW bersabda:"Barang siapa yang menggadaikan keridhoan manusia demi keridoan Allah, Allah SWT akan meridoinya dan membuat manusia ridho kepadanya. namun barang siapa yang menggadaikan keridhoan Allah dengan keridhoan manusia maka Allah SWT akan murka kepadanya dan membuat manusia murka atasnya." (H.R Ibnu Hibban:276, di shohihkan oleh al-albani dalam syarah aqidah thohawoyyah:268)

Wasiat mereka yang telah pergi
Al-Iman al-fudhoil bin 'Iyad RA salah seorang tabi'in berkata:"Tempuhlah jalan petunjuk dan jangan terpengaruh dengan sedikitnya pengikut! jauhi jalan kehinaan dan janganlah tertipu dengan banyaknya orang yang celaka (di dalamnya)". setelah kita mengetahui rasa keterasingan yang kita hadapi, yang harus kita lakukan adalah saling menyayangi. sungguh benar apa yang dikatakan oleh al iman al-hasan al-basri RA:"Wahai Ahlusunnah, berlemah lembutlah antara kalian. sungguh saya melihat kalian ini adalah orang yang sangat sedikit." rasa keterasingan ini jangan malahditambah dengan sikap yang kurang atau bahkan tidak akrab terhadap saudar-saudara kita. ingat, mereka butuh teman. syaikh ibnu bas RA menasihatkan:"Wajib atas seluruh kaum muslimin dan muslimat di setiap tempat untuk selalu berpegang teguhdengan agama Allah SWT, bersabar diatasnya, serta tetap berusaha menggitnya dengan gigi geraham. apalagi di zaman ini jaman zaman keterasingan islam dan banyaknya musuh."
saudaraku, sebelum mengakhiri tulisan ini saya akan menyampaikan kabar gembira untuk anda semua yang berpegang teguh dengan sunnah ini. Rosululloh SAW bersabda:"Sesungguhnya seseorang itu (kelak di akhirat) bersama orang yang dicintai." maka pilihlah kepada siapa hati anda akan condong dan cinta! Wallahu A'lam
READ MORE - Sunnah yang terasingkan